May 16, 2019

CIKAL BAKAL VIRTUAL COORDINATOR INDONESIA

Oleh Khairuddin (disalin ulang oleh Dewi Setiawati)

Koordinator VC Batch I Indonesia

Semua berawal dari undangan Direktur South East Asian Ministers of Education Secretariat (SEAMES) Bangkok Bapak Gatot Hari Priowirjanto pada Oktober 2018. Sebelumnya tentu saja Bapak sudah memiliki kriteria guru Indonesia yang diajak untuk merealisasikan konsep Virtual Coordinator di Indonesia. Seingat saya, Bapak memang pernah memberi tantangan bagi guru IGI untuk bersiap-siap karena akan diajak ke Bangkok sebanyak 3 guru. Tantangan itu disampaikan pada saat Temu Nasional Pelatih (TNP) IGI di Gedung Kemendikbud Jakarta Januari 2018 yang kebetulan saya menjadi Penanggungjawab Kegiatan menyeleksi Kanal Pelatihan IGI. Sebagai salah satu penggagas lahirnya IGI di Indonesia, Pak Gatot memang sangat dekat dengan guru-guru hebat yang mau berbagi ikhlas di IGI, Bapak kerap hadir di acara yang dilaksanakan IGI.

Proses seleksi hanya Bapak yang tahu detil. Tiga guru anggota IGI terpilih dijapri Bapak dan membentuk group WA agar mudah dikoordinasi. Tiga guru tersebut adalah bu Siti Zulaiha dari Baturetno Jawa Tengah, bu Umi Tira Lestari dari Bogor Jawa Barat dan saya dari Aceh Timur. Melihat latar belakang, saya meyakini pemilihan kami berdasarkan track record dunia maya, menggerakkan guru Indonesia secara konsisten, rutin saban minggu di acara Web Seminar menggunakan platform Webex dari SEAMEO – Seamolec. Saya koordinator Sarasehan Dalam Jaringan (SADAR) IGI yang tayang setiap Rabu Malam, bu Siti Zulaiha koordinataor seminar Selasaan yang tayang setiap Selasa Malam. Lalu bu Umi Tira Lestari, siapa yang tidak kenal beliau, hampir seluruh group maya ada beliau. Selalu punya waktu untuk mengingatkan jam tayang kegiatan online video conference. Bu Umi kepercayaannya pak Gatot untuk urusan pemegang room Webex Seameo Secretariat. Hampir semua kegiatan online berbasis Video Conference Webex, selain harus minta izin ke Bapak juga harus matur ke bu Umi. Selain SADAR IGI, bu Umi juga memegang room untuk Sidaring, Maluku Belajar, Kegiatan kanal Vicon IGI seperti Saguwarna dan sebagainya, bahkan bu Umi memegang peranan penting saat IGI memperoleh penghargaan dari MURI untuk rekor menulis se Indonesia melalui Menemu Baling. Jika tidak ada Vicon se Indonesia, mustahil rekor tercipta.

Awalnya kami direncanakan berbeda negara, Malaysia, Thailand dan Singapore. Namun ada hajat besar Pak Gatot tentang pembentukan Virtual Coordinator di Indonesia sehingga kami dikumpulkan di Bangkok Thailand. Momen tersebut juga pas dengan kegiatan WorldDidac Bangkok 2018 di bulan Oktober, even tahunan expo pendidikan kontemporer yang sejalan dengan revolusi Industri 4.0.

Kami tiba di Bangkok tanggal 8 Oktober 2018 pagi, dijemput supir Seames, hanya sempat ambil kunci kamar hotel dan letakkan barang, lalu kami segera dibawa ke Kantor Seames. Tidak ada jamuan khusus, bahkan makan siang berbekal beli kotak di salah satu gerai delivery terkenal itu. Suasana itu justru sangat akrab bagi kami. Saat itu kami duduk berenam di ruangan meeting Seames, Pak Gatot, saya, bu Zul, bu Umi, Pak Achmad Purnomo dan Pak Sajarwo Anggai (Nanang). Dua nama terakhir merupakan Staff Seames dari Indonesia, muda, energik, cerdas dan tentu saja sangat santun bersahaja. Sekarang Pak Achmad Purnomo sudah kembali ke Indonesia untuk melanjutkan studinya.

Pak Gatot menjelaskan tentang apa yang kami lakukan di Bangkok yang berfaedah untuk guru-guru Indonesia, menjangkau setiap pelosok daerah Indonesia melalui video conference. Memberi sharing pengetahuan dari guru-guru pintar ke guru-guru lain dengan lebih masif, karena selama ini SADAR dan Selasaan (dua ikon kanal vicon paling konsisten) dirasa belum cukup karena hanya tayang satu minggu sekali. Perlu ada terobosan yang membuat gairah belajar dan kompetensi guru Indonesia meningkat melalui lintas pengetahuan tak terbatas menggunakan video conference. Pak Gatot bisa mengusahakan banyak room Webex untuk guru belajar mengelola secara virtual dan memanfaatkan untuk saling transfer ilmu pengetahuan. Seluruh konsep Virtual Coordinator sesungguhnya merupakan konsep Pak Gatot sebagai bentuk pengabdiannya untuk Indonesia menjelang akan purna baktinya beliau sebagai Direktur Seames di Bangkok.

Tugas saya saat itu men-translate dokumen Virtual Coordinator Asia Tenggara, mencoba memahami untaian benang-benang pengikat, memahami Seameo Hub yang bisa dijadikan landasan jaringan sekolah Asia Tenggara khususnya Indonesia, menyusun alur yang sesuai dengan kondisi guru dan geografis Indonesia. Lalu saya mendiskusikan dengan kolega saya, bu Zul dan bu Umi. Bersama teman-teman tersebut, kita menajamkan pemahaman Virtual Coordinator, berdiskusi kondisi pengelolaan SADAR dan Selasaan, mencoba mengonsep kembali untuk ruang besar Indonesia dengan menghadirkan koordinator-koordinator propinsi yang nantinya akan disupport lobi oleh Pak Gatot. Menyusun alur final pelatihan Virtual Coordinator Indonesia, menentukan waktu dan jadwal, materi yang disampaikan serta petugas yang sesuai dengan jadwal tersebut. Kami kembali berdiskusi dengan pak Gatot untuk finalisasi program. Sebagai konseptor, saya tentu berpikir pada kondisi ideal, namun jiwa kepemimpinan Bapak lebih bijak dalam pengambilan keputusan. Bapak mengingatkan kami, jangan berpikir sempurna dulu, karena tidak pernah sempurna jika tanpa melalui proses. Jalani saja, kesempurnaan mengikuti proses.

Virtual Coordinator Training Batch I, Bapak Gatot meminta saya untuk memimpin pelatihan sebagai Koordinator di bulan November 2018. Kegiatan Video Conference-nya tanggal 13 s.d 15 November 2018 yang menandakan Virtual Coordinator resmi hadir di Indonesia, jadi kalau ke depan ingin mengingatkan kapan milad VC Indonesia, maka jawabannya adalah 13 November.

Kini VC Indonesia sudah memasuki Batch ke VI, Bu Zul sukses memimpin mulai dari Batch II dan Batch III sehingga menghasilkan hampir 2000 guru hebat, dosen, praktisi pendidikan sebagai trainer dan koordinator daerah yang siap berkolaborasi dengan pemerintah daerah guna memajukan pendidikan di daerahnya melalui kegiatan-kegiatan berbasis virtual melalui video conference yang disupport oleh Seameo, Seamolec, PSMK Kemendikbud, bahkan Jawa Barat siap membeli sendiri platform Webex. VC terus berbenah meuju bentuk yang sempurna atas dukungan teman-teman trainer alumni VC I, II dan III. Teman-teman yang ikhlas berbagi, berkolaborasi secara harmonis membuat VC ini semakin kuat dan manfaatnya dirasa semakin berarti.

Bu Umi saya pikir adalah orang yang paling paham menerjemahkan konsep dalam pelaksanaan Virtual Coordinator. Saya sendiri seiring waktu, kesibukan saya di sekolah dan organisasi, jarak tempuh sekolah saya yang menyita energi serta sulit bagi saya ke Jakarta untuk meeting offline penyempurnaan VC, membuat saya hanya menjadi silent support dengan mencoba merajut konsep yang saya pahami dan senang melihat perkembangan VC kini.

Terimakasih Bapak Gatot yang melibatkan saya menjadi bidan VC Indonesia, Bu Zul dan bu Umi sebagai kolega yang tiada kenal lelah, selalu punya energi untuk mencerdaskan guru Indonesia melalui VC. Teman-teman instruktur dan koordinator daerah yang melakukan kerja nyata, tidak hanya online namun melobi stake holder daerah agar ikhtiar ini berjalan dengan baik. Semoga diridhai Allah SWT.

Aceh, 11 Mei 2019

Khairuddin