November 22, 2022

Bikin Shock! Warga RI Beli Rokok 2x Lebih Gede Dari Telur

Rokok telah menjadi kebutuhan utama bagi sebagian besar warga Indonesia. Pengeluaran untuk rokok bahkan jauh lebih besar dibandingkan untuk bahan makanan lain seperti telur, susu, daging, hingga padi-padian.

Hasil Susenas September 2021 menunjukkan rata-rata pengeluaran per kapita untuk konsumsi adalah sebesar Rp 1.281.327 per bulan.

Pengeluaran untuk makanan sebesar 49,30% sementara untuk non-makanan sebesar 50,70%.

Lima kelompok komoditas makanan dengan pengeluaran terbesar adalah makanan dan minuman jadi (32%), rokok dan tembakau (12,50%), padi-padian (11,08%), sayur-sayuran (8,41%), dan ikan/udang/cumi/kerang (7,70%).

Rata-rata pengeluaran per kapita untuk makanan dan minuman jadi mencapai Rp 201.671 sebulan.

Selain menjadi pengeluaran per kapita terbesar kedua, rokok juga menjadi penyumbang kemiskinan nomor dua di Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), garis kemiskinan pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp 505.469/kapita/bulan.

Garis kemiskinan makanan sebesar Rp 374.455 (74,08%) dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 131.014 (25,92%).

Komoditas makanan yang menjadi penyumbang terbesar kemiskinan adalah beras dengan prosentase 23,04% untuk wilayah perdesaan dan 19,38% untuk perkotaan.

Telur ayam ras dan daging ayam ras ada di tempat ketiga dan keempat sebagai komoditas penyumbang kemiskinan.

Besarnya pengeluaran rokok dan telur/susu ini pernah disorot Sri Mulyani. Menteri Keuangan RI tersebut mengatakan besarnya konsumsi rokok inilah yang coba di tekan pemerintah dengan menaikkan cukai rokok.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat menyebut biaya kesehatan akibat merokok mencapai Rp 17,9-27,7 triliun setahun.

Dari total biaya ini, sekitar Rp 10,5-15,6 triliun yang merupakan biaya perawatan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan. Nilai tersebut setara dengan 20-30% dari subsidi Penerima Bantuan Iuran Jaminan KesehatanPBI JKN per tahun yang mencapai Rp 48,8 triliun.

Hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 menunjukkan adanya peningkatan perokok di tengah pandemi. Jumlah perokok dewasa bertambah 8,8 juta orang dalam 10 tahun dari 60,3 juta menjadi 69,1 juta pada 2021.

Sumber: cnbcindonesia