August 27, 2021

Tentang Surat Ar Rahman

Surat Ar Rahman adalah surah ke-55 dalam Al-Qur'an. Surah ini tergolong surat makkiyah, terdiri atas 78 ayat. Dinamakan Ar-Rahman yang berarti Yang Maha Pemurah berasal dari kata Ar-Rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah. Sebagian besar dari surah ini menerangkan kepemurahan Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga baik di dunia maupun di akhirat nanti.

Surat Ar Rahman adalah salah satu surat dari 114 surat dalam Al Qur'an. Entah mengapa, tanpa mengesampingkan surat lain dalam Al Qur'an, surat ini menyita perhatian banyak kaum muslimin. Surat ini memiliki kata yang begitu indah dan mengalir berirama. Dan tanpa terasa air mata menetes, satu ,demi satu.

Ciri khas surah ini adalah kalimat berulang 31 kali yakni fa bi`ayyi ālā`i rabbikumā tukażżibān (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) yang terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia.

Fa bi`ayyi ālā`i rabbikumā tukażżibān (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?). Tiga puluh satu ayat dalam surat Ar Rahman memiliki kalimat ini; maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? Berulang, Allah memberi peringatan kepada kita; maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Melalui surat ini Allah seolah memberi sinyal kepada kita akan sifat kita yang pelupa, kufur nikmat, dan tidak mau berfikir. Pelupa; manusia adalah mahluk yang pelupa.

Manusia dalam Al Qur'an di tulis dalam beberapa istilah, yakni al-insaan, an-naas, al-basyar, dan banii Aadam. Manusia disebut al-insaan karena dia sering menjadi pelupa sehingga diperlukan teguran dan peringatan. Sedangkan kata an-naas digunakan untuk menunjukan sekelompok manusia baik dalam arti jenis atau sekelompok tertentu. Al-basyar, karena manusia cenderung perasa dan emosional, dan banii Aadam karena dia menunjukkan pada asal-usul yang bermula dari nabi Adam.

Setidaknya ada dua hal yang seringkali dengan mudah dilupakan manusia, dan barulah dia teringat dan menyadari apa yang telah dilupakan itu, ketika berada dalam kondisi sulit, susah dan membahayakan.
Pertama, manusia dengan mudah dan gampang melupakan Allah swt. dan baru ingat kembali kepada-Nya, ketika manusia menghadapi kondisi sulit, susah dan membahayakan.